Jelajah Toleransi – Penjelajahan para pemuda Indonesia untuk Perdamaian dan Keberagaman

Peserta Jelajah Toleransi

 

Beberapa waktu terkahir, Indonesia mengalami banyak peristiwa terkait ekstremisme berbasis kekerasan, bahkan termasuk serangan teroris. Peningkatan fenomena intoleransi, termasuk radikalisme dan exktremisme berbasis kekerasan dalam perpspektif keagamaan, juga dapat ditemukan, terutama terkait dengan politik identitas. Mereka menyebar ke dalam masyarakat melalu Lembaga Pendidikan, organisasi, kegiatan kepemudaan, media sosial, dan pertemuan-pertemuan.

Menanggapai hal tersebut, UNDP Indonesia meluncurkan proyek regional “Preventing Violent Extremism through Promoting Tolerance and Respect for Diversity” atau proyek PROTECT yang diimplementasikan di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand, dengan dukungan dari Uni Eropa. Kegiatan-kegiatan kunci dilakukan untuk mendukung program pemerintah menanggulangi ekstremisme berbasis kekerasan, termasuk melakukan penelitian untuk mendukung program-program yang berbasiskan bukti, mendukung penerbitan Rencana Aksi Nasional Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme, serta membangun dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap ekstremisme berbasis kekerasan, melalui promosi toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman pada tingkat akar rumput, termasuk pemuda.

UNDP Indonesa bekerjasama dengan Yayasan INDIKA memfasilitasi rangkaian kegiatan untuk mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman dengan pemuda sebagai sasaran utama, yaitu: Celoteh Toleransi, Workshop Narasi Toleransi, Jelajah Toleransi, Festival Keberagaman: Simfoni Toleransi, dan Aksi Toleransi.

Jelajah toleransi adalah kegiatan kemah pemuda yang diikuti oleh 50 mahasiswa (25 pemuda dan 25 pemudi, 1 peserta berusia di bawah 18 tahun dan selebihnya berusia 18-25 tahun) dari 35 perguruan tinggi di 18 kota di seluruh Indonesia. Para peserta begitu sibuk menghayati budaya baru yang dipeoleh dalam perjumpaan-perjumpaan dengan para tokoh perdamaian setempat, para penyintas konflik lokal yang sekarang menjadi pegiat kampanye perdamaian, tokoh agama, dan tokoh berpengaruh lainnya. Para peserta juga ditugaskan untuk membuat konten yang kuat dan bernas untuk diunggah di media sosial berdasarkan pengalaman mereka ini. Para peserta tersebut dipilih karena memenuhi pertimbangan berikut:

(1)    Jender – untuk memastikan kesimbangan jender terpenuhi, yaitu 50:50 antara pemuda dan pemudi;

(2)    Asal daerah – untuk memastikan bahwa di setiap kelompok pesertanya berasal dari daerah dan latarbelakang budaya yang berbeda;

(3)    Latar belakang agama – untuk memastikan bahwa peserta di setiap kelompok memiliki agama yang berbeda;

(4)    Pengalaman perjalanan sebelumnya – hal ini untuk memastikan bahwa setiap peserta akan mengunjungi kota yang baru pertama kali dikunjunginya, sehingga akan melihat begitu banyak hal baru yang berbeda yang akan memperkaya pengetahuan mereka tentang keragaman budaya Indonesia, dan memaksimalkan dampak yang ingin dicapai; dan

(5)    Essai pendek yang dikirimkan – semua peserta yang mendaftarkan diri diwajibkan untuk menulis esai pendek yang menjelaskan alas an kenapa ingin mengikuti Jelajah Toleransi. Hal ini membantu dalam memahami motivasi mereka dan memutuskan apakah kegiatan Jelajah Toleransi ini tepat untuk mereka.

 

Kegiatan Jelajah Toleransi memanfaatkan pendekatan pembelajaran-pengalaman langsung, yang dirumuskan dengan cara yang tepat untuk kalangan pemuda, dengan memperkaya pendekatan lain yang sudah lazim, seperti pelatihan, lokakarya, atau diskusi, serta dengan menambahkan “bobot kegembiraan” dengan menyediakan kesempatan untuk menjelajah daerah baru, mengalami pengalaman baru dan budaya yang berbeda, yang belum mereka alami sebelumnya. Kegiatan Penjelajahan ini dipilih dengan pertimbangan menyediakan lebih besar peluang dan tantangan bagi para pemuda, lebih sesuai dengan kelompok usia mereka, dan membantu dalam meningkatkan harga-diri mereka. Juga karena menyediakan solusi nyata untuk mengatasi pendorong utama ekstremisme seperti kurangnya kohesi sosial, kurangnya perjumpaan dengan orang-orang dari latarbelakang berbeda, dan kurangnya liputan media terkait peristiwa yang mempromosikan perdamaian, serta menyasar pemuda sebagai kelompok yang diyakini mudah terpapar ekstremisme.  

Kegiatan Jelajag Toleransi dilaksanakan melalui3 tahapan kegiatan:

1.    Pembekalan, kegiatan ini dilaksanakan pada 27-29 September 2019 untuk membangun dan meningkatan kemampuan peserta dalam menyusun rencana, serta menyesuaikan dengan lingkungan baru yang akan dihadapi, yang dilakukan melalui beragam topik seperti jurnalistik dasar, adaptasi budaya, resolusi konflik, membuat konten yang kuat dan berdampak, untuk mengoptimalkan dan memastikan pemenuhan tugas yang diberikan serta target yang ingin dicapai, pada kegiatan penjelajahan.

Tujuan Pembekalan adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam:

1.    Membuat konten berbasis visual melalui perencanaan dan struktur laporan jurnalistik yang baik

2.    Menjawab daftar pertanyaan terkait membuat video kolaborasi

3.    Membuat rencana aksi untuk kegiatan Jelajah Toleransi di lapangan

4.    Memiliki keterampilan interpersonal dan kerja sama tim yang membuat mereka siap untuk Jelajah Toleransi

5.    Mampu berfikir dan bertindak secara damai

Berbagi rencana kerja saat sesi Pengembangan Keterampilan Jurnalistik Dasar

Tujuan-tujuan tersebut dapat diraih melalui topik-topik berikut: (1) Berfikir Kirits; (2) Penyesuaian Budaya; (3) Keterampilan Jurnalistik Dasar; (4) Resolusi Konflik; (5) Membuat Konten yang kuat dan berdampak; (6) Kesadaran dan kepemimpinan; (7) Video kolaborasi; dan (8) Perencanaan proyek, yang dipaparkan oleh beragam narasumber dari Tempo Institute, Facebook, dan Kok Bisa.

Peserta dibagi menjadi 10 (sepuluh) kelompok dan harus menyiapkan proyek kelompok, rencana kerja kelompok, dan konten yang akan dibuat selama kegiatan penjelajahan. Hasilnya akan dipaparkan pada kegiatan Pascapenjelajahan.

Peserta berdiskusi dan berbagi gagasan saat Pembekalan

Peserta siap menjelajah!

2.    Penjelajahan yang dilaksanakan pada 1-5 Oktober 2019, di mana para peserta mengunjungi kota yang sudah dipilih untuk suatu penjelajahan lapangan dan memperoleh pemahaman lebih dalam terkait dinamika resolusi konflik. Mereka juga berkesempatan belajar kearifan lokal yang ada di setiap kota.

Kota tempat penjelajahan dipilih berdasarkan pertimbangan nilai-nilai khas terkait latabelakang, toleransi dan keberagaman di kota tersebut, juga karena factor kesejarahan, kebudayaan, atau kisah berlatar belakang keagamaan, seperti adanya peristiwa kerusuhan dan konflik berdasarkan agama atau etnis sebagaiman pernah terjadi di Ambon dan Poso, juga kota yang berhasil membangun masyarakat yang beragam dengan damai seperti di kota Batu, Pangandaran dan Wonosobo.

Kegiatan Jelajah Toleransi juga merancang suatu perjumpaan yang intensif dan akrab antara peserta dan masyarakat setempat untuk meningkatkan saling kesepahaman terkait pentingnya merawat dan mempromosikan toleransi dan menghargai keberagaman dalam aspek yang lebih luas, tidak cuma sebatas perdamaian semata, tetapi juga kohesi sosial, kesejahteraan sosial, ekonomi dan keamanan.

Saat dalam “Penjelajahan” peserta diharapkan menyelesaikan tugas dengan melengkapi daftar isian yang disusun berdasarkan rencana kerja mereka yang disepakati saat pembekalan. Daftar isian ini melingkupi kebutuhan proyek kelompok, termasuk rencana kolaborasi dengan KokBisa, kanal Youtube terbesar di Asia Tenggara untuk bidang pendidikan dengan lebih dari dua juta pelanggan, untuk membuat serangkaian video animasi berdasarkan catatan pengalaman mereka.

Untuk memaksimalkan pengguna media, peserta membuat konten dalam bentuk visual untuk diunggah di akun media sosial mereka dan menulis jurnal pengalaman harian. Sebagian peserta membuat komik, ada yang menghasilkan karya-karya fotografi, dan beberapa yang lain membiat video.

Di setiap kota, setiap kegiatan peserta didampingi oleh mitra setempat, seperti mengunjungi rumah ibadah dan berdiskusi dengan pengurus rumah ibadah tersebut terkait upaya masyarakat setempat dalam membangun dan merawat perdamaian warga, bertemu dengan tokoh setempat yang mempromnosikan perdamaian dan toleransi, bertemu dengan mantan pelaku kekerasan yang kemudian menjadi promotor perdamaian, juga berdiskusi dengan tokoh berpengaruh lainnya, termasuk tokoh perempuan untuk mempelajari peran perempuan dalam menyampaikan pesan damai, toleransi dan keberagaman, serta mengunjungi berbagai warisan budaya yang memiliki sejarah dan sumbangsih dalam terciptanya perdamaian, toleransi dan keberagaman. Semua kegiatan yang dilaksanakan tersebut untuk memastikan bahwa tujuan kegiatan penjelajahan dapat tercapai, yaitu: (1) menggali nilai-nilai dan kearifan lokal terkait dengan perdamaian, toleransi dan keberagaman; (2) menggali upaya-upaya masyarakat setempat dalam membangun dan merawat perdamaian di wilayahnya; (3) membuat dan mengembangkan konten; dan (4) melaporkan tanggapan terhadap pengalaman dan wawasan yang diperoleh selama penjelajahan.

Kegiatan Jelajah Toleransi juga bekerjasama dengan mitra lokal yang bertanggung dalam memfasilitasi kegiatan yang sudah direncanakan serta sebagai bagian dari strategi menjaga kesinambungan gagasan proyek dalam mempromosikan toleransi, keberagaman dan perdamaian. Mitra setempat ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, termasuk pengalaman bekerjasama pada kegiatan sebelumnya, rekam jejak dalam kegiatan kampanye perdamaian, promosi toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman, memiliki jaringan dam akses kepada para tokoh lokal yang berpengaruh. Mitra lokal yang terpilih adalah: (1) SMK Bakti Karya Parigi di Pangandaran, Jawa Barat; (2) Gen Peace Sintuwu Maroso di Poso, Sulawesi Tengah; (3) Wonosobo Mengajar di Wonosobo, Jawa Tengah; (4) Peace Generation Ambon di Ambon, Maluku; dan (5) Encompass Indonesia di Batu, Jawa Timur.

Peserta berfoto di Gong Perdamaian Duni di Ambon, Maluku

Kunjungan ke rumah ibadah ummat Budha di Ambon, Maluku

Peserta Jelajah Toleransi di Batu, Jawa Timur

Peserta mengambil foto Candi Hindu di Batu, Jawa Timur

Diskusi dengan tokoh setempat di Poso, Sulawesi Tengah

Menyerap semangat perdamaian di Gong Perdamaian Nusantara di Poso, Sulawesi Tengah

Diskusi dengan tokoh lokal dan pegiat perdamaian di Poso, Sulawesi Tengah

Peserta Jelajah Toleransi mengunjungi rumah ibadah di Wonosobo, Jawa Tengah

Berdiskusi dengan tokoh agama di Mesjid di Wonosobo, Jawa Tengah

Peserta Jelajah Toleransi dengan Gunungan, salah satu bagian pertunjukan wayang tradisional Indonesia di Pangandaran, Jawa Barat

Peserta berpose di SMK Bakti Karya, mitra lokal di Pangandaran, Jawa Barat

3.    Pasca-Jelajah, kegiatan ini dilaksanakan pada 5-6 October 2019 untuk mengemas ulang program dan menyelesaikan video proyek kelompok sebagai hasil kegiatan.

Kegiatan ini terselenggara untuk menggaungkan konten yang sudah dibuat oleh peserta, serta menantang peserta untuk terus melanjutkan kerja mereka dalam memproduksi konten perdamaian secara mandiri, serta mengungkapkan pandangan yang lebih damai. Pada kegiatan ini, beberapa narasumber hadir dan memberikan masukan, di antaranya dari Tempo Institut, Facebook, KokBisa dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Peserta dengan perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan saat penutupan Pasca-Jelajah

Peserta pada Pasca-Jelajah

HASIL-HASIL

The result of the series of activities conducted under the Adventures for Tolerance were:

Hasil dari seluruh rangkaian kegiatan pada Jelajah Toleransi adalah sebagai berikut:

1.      Lebih dari 500 konten dan 10 konten visual dibagikan melalui Instagram

2.      Membuat satu video bermuatan pendidikan bertema perdamaian, toleransi dan keberagaman dan disebarkan melalui kanal KokBisa

3.      Para alumni Workshop Narasi Toleransi dan Jelajah Toleransi berkolaborasi menanggapi “Permintaan Ususlan Kegiatan” untuk membuat suatu kegiatan kampanye langsung di kota masing-masing. Kegiatan ini diberi nama “Aksi Toleransi” telah dilaksanakan 24-29 Oktober 2019 dalam bentuk diskusi tentang toleransi, pameran seni bertema toleransi, seminar kebangsaan, dsb. Kegiatan AKsi Toleransi ini melibatkan 396 peserta di 10 kota di Indonesia

4.      Publikasi 10 video yang dihasilkan oleh proyek kelompok dalam bentuk  konten berbasis visual dari temuan-temuan jurnalistik yang diperoleh saat kegiatan penjelajahan di 5 kota yaitu Ambon, Batu, Pangandaran, Poso dan Wonosobo. Video tersebut dapat diakses dengan clicking here.

5.      Alumni Jelajah Toleransi berkolaborasi dengan alumni Workshop Narasi Toleransi dan Festival Keberagaman: Simfoni Toleransi berkontribusi dengan menyumbangkan karyanya dalam penerbitan buku berjudul “Mencari Cinta dan Toleransi Hingga Ujung Negeri” yang berisikan kisah perjalanan, pengalaman, pemikiran, sudut pandang, keterampilan dan minat para peserta kegiatan dalam beragam bentuk karya seni yang mereka kuasai atau minati.

6.      Pada tingkat outcome, peserta mengalami peningkatan pengetahuan dalam hal perdamaian dan keberagaman. Juga memahami peran penting perempuan dalam upaya-upaya perdamaian, memahami pentingnya kearifan lokal dan peristiwa sejarah dalam membangun narasi damai berdasarkan kearifan lokal, dan mengalami peningkatan di sisi perilaku dengan terus berkarya membuat narasi-narasi damai dan menyebarkannya melalui sosial media

7.      Juga ada kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh alumi Jelajah Toleransi, yaitu dua peserta dari Aceh yang menggagas pergerakan pemuda Aceh untuk mengunjungi daerah terpencil di Provinsi Sumatera Utara untuk belajar dan menghayati toleransi dan kemudian mengunggah kampanye tersebut di sosial media.

8.      Bekerjasama dengan KokBisa, Jelajah Toleransi juga menghasilkan video sebagai berikut:

·       “Kenapa Manusia Bisa Ada di Puncak Rantai Makanan?” yang dapat diakses melalui: bit.ly/KOKBISAAoT3. Video disukai oleh lebih dari 11.000 kali dan telah ditonton lebih dari 275.000 kali  

·       “Kenapa Soal SARA Suka Bikin Orang Perang?” yang dapat diakses melalui: bit.ly/KOKBISAAoT2. Video ini disukai oleh lebih dari 7.300 dan ditonton lebih dari 154.000 kali

·        “Apa Jadinya Kalau CUma Ada Satu Suku di Indonesia?” yang dapat diakses melalui: bit.ly/KOKBISAAoT5. Video ini disukai oleh lebih dari 9.200 kali dan ditonton lebih dari 163.000 kali

·       “Kenapa Cuma Ada 6 Agama yang Diakui di Indonesia?” yang dapat diakses melalui: bit.ly/KOKBISAAoT1. Video ini disukai oleh lebih dari 18.000 kali dan ditonton lebih dari 447.000 kali

·       “Kenapa kita Berantem Demi Bela Idola?” yang dapat disaksikan melalui tautan berikut: bit.ly/KOKBISAAoT4. Video ini telah ditonton sebanyak lebih dari 147.000 kali dan disukai lebih dari 8.700 kali.

9.      Peserta Jelajah Toleransi juga membuat video dan mengunggahnya di akun Instagram mereka sebagai berikut:

·       “Ibu Penjual Ikan Poso Hapus Permusuhan.” Video ini telah ditonton lebih dari 4.570 kali dan dapat disaksikan melaui tautan berikut:  bit.ly/AoTonIG1. Video ini diproduksi oleh peserta yang menjelajahi Poso, Sulawesi Tengah

·       “Apa Kunci Toleransi di Ambon? Bernyanyilah!” Video ini telah ditonton lebih dari 1.500 kali dan dapat disaksikan melaui tautan berikut:  bit.ly/AoTonIG2. Video ini diproduksi oleh peserta di Ambon, Maluku.

·       “Merasakan Perdamaian Lintas Agama Desa Ngandas.” Video ini diproduksi oleh peserta Batu, Malang, Jawa Timur dan telah ditonton lebih dari 2,100 kali dan dapat ditonton melalui tautan berikut: bit.ly/AoTonIG3.

10.   Kegiatan Jelajah Toleransi juga mengukur dampak kegiatan terhadap setiap pesertanya. Seluruh peserta mengakui bahwa mereka merasa meningkat pengetahuannya terkait dengan perdamaian dan keberagaman; 74% peserta memahami bagaimana membuat dan menjaga kesinambungan proyek; dan 70% peserta lebih percaya diri untuk melaksanakan proyeknya di kotanya masing-masing.

11.   Peserta Jelajah Toleransi juga mengakui bahwa kegiatan penjelajahan ini adalah perjalanan yang mengubah hidup, karena membuat mereka menyadari dan memahami bahwa perdamaian dapat diraih oleh anggota masyarakat setempat dan para aktivis melalui beragam cara, termasuk cara-cara kreatif seperti melalui kegiatan seni, mendongeng, dan perjumpaan langsung, seperti penggunan kisah-kisah dan karya-karya sastra untuk mengajarkan tentang pentingnya hidup dalam perdamaian bersama-sama atau bagaimana konflik dapat menghancurkan kehidupan. Bertemu dengan mantan pelaku kekerasan atau konflik dianggap sebagai salah satu pengalaman terbaik yang sangat berkesan.

 

 

  • “Hal bartu yang saya pelajari adalah bagaimana menyampaikan toleransi tidak hanya melalui pergerakan, tetapi dapa=t juga melalui seni, Pendidikan, lingkungan dan komunitas. Opa Rudy adalah salah tokoh toleransi yang sangat menginspirasi. Beliau mempromosikan toleransi melalui bacaan. Setelah mempelajari hal baru tersebut, saya merasakan kedamaian jiwa, lebih menghormati dan menghargai orang lain, dan semakin beriman kepada TUhan.”

Wenni Sundari, mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta, peserta Jelajah Toleransi di Ambon, Maluku

  • “Ronald Regang dan Iskandar Slamet adalah mantan kombatan. Keduanya tidak ingat lagi bagaimana pernah begitu jahat pada masa konflik dahulu. Sekarang, setelah melalui masa-masa kelam, keduanya telah menjadi pegiat perdamaian yang saling bersahabat dan bahu membahu. Keduanya bekerja mengkampanyekan untuk mempromosikan pentingnya perdamaian dan tidak ingin lagi trauma masa lalu terulang lagi. Ronald Regang dan Iskandar Slamet, bagi saya, adalah sosok inspirator bagi pemuda Indonesia. Inspirasi bagi berteman itutidak membeda-bedakan. Keduanya menjalani kisah-kisah gelap, tetapi kini mereka menemukan damai.”

Lutfi Nur Falaq, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, peserta Jelajah Toleransi di Ambon, Maluku


12.      Walaupun proyek ini memfokuskan diri kepada pengembangan konten dan pemberdayaan pemuda, tetapi Jelajah Toleransi juga menemukan tiga keluaran tidak terduga, yaitu: (1) peserta memahami pentingnya peran perempuan dalam membangun perdamaian; (2) peserta memahami bahwa kearifan lokal (budaya dan tradisi) dapat digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai perdamaian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari; dan (3) peserta belajar mengendalikan diri saat tidak sepemahaman atau sependapat.   

  • “Saya mendapat pelajaran ini dari kisah Lian. Beliau yang mendirikan Mosintuwu Institute yang menyebarkan nilai-nilai perdamaian dengan menawarkan ruang dialog antariman, utamanya Islam dan Kristen. Ini juga menjadi ruang pemberdayaan perempuan. Saya belajar tentang bagaimana bakti dan dedikasi seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelamin atau identitas, tetapi dapat dilihat dari ketulusan untuk menyelesaikan masalah di daerahnya.”

Alkhorny Yusuf, mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, peserta Jelajah Toleransi di Poso, Sulawesi Tengah

 

  • ·       “Fenomena akulturasi dapat ditemukan pada kegiatan ‘hajat laut’ di Pangandaran, yang merupakan bentuk ungkpan syukur para nelayan atas hasil laut yang mereka peroleh. Faktanya adalah, kebanyakan orang Sunda adalah petani karena luasnya area pertanian di Pangandaran. Sememntara mayoritas orang Bugis adalah nelayan. Sehingga dalam upacara ‘Hajat Laut’ setiap suku bangsa bersumbangsih dalam perannya masing-masing. Orang-orang Sunda dan Jawa menyumbangkan hasil pertaniannya, sementara orang Bugis menyumbangkan hasil lautnya. Kegiatan ‘Hajat Laut’ juga mengandung ritual keagamaan dalam Islam, seperti pemanjatan doa dan zikir yang dilakukan seusai kegiatan ‘Larung’ yaitu mengantarkan hasil panen ke tengah laut.”    

Sintia Mulia Rahmadanty, mahasiswi Universitas Diponegoro, peserta Jelajah Toleransi di Pangandaran, Jawa Barat

  •  “Pendidikan perdamaian yang saya peroleh telah membantu saya untuk lebih berdamai dengan diri sendiri. Saat berdiskusi di kelompok dan memiliki perbedaan pendapat, saya harus lebih tenang, lebih damai, dan tidak bersikeras. Saya belajar bagaimana dapat menerima pendapat orang lain dan bersikap terbuka terhadap pendapat yang lain.”

Dodi Sunardi, student from Jakarta State University who participated in the program in Batu, East Java

LIPUTAN MEDIA

  • Jelajah Toleransi juga mendapat liputan media sebagai berikut:Liputan oleh NET TV- Official NET News edisi 1 October 2019 dengan judul “Indika Foundation Gelar Jelajah Toleransi,” rekaman videonya dapat disaksikan melalui tautan berikut (bit.ly/NETTVAoT).
 
  • ·       Kompas.id memuat liputan pada 2 October 2019 dengan judul “50 Anak Muda Jelajahi Toleransi di Indonesia.” Liputan ini dapat diakses melalui: (https://bit.ly/KompasIDAoT).