SECO dan UNDP luncurkan Program Komoditas Hijau Fase III di Indonesia

29 April 2024

UNDP dan Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) telah meluncurkan fase ketiga dari Program Komoditas Hijau/Green Commodities Programme (GCP). GCP sendiri telah diinisiasi sejak tahun 2010 untuk mengkatalisasi perubahan dalam keberlanjutan produksi pertanian untuk masyarakat, ekonomi, dan lingkungan hidup.

Menindaklanjuti aspirasi warga Swiss terhadap sistem pangan berkelanjutan, UNDP dan SECO memperbarui kemitraan mereka, yang pertama kali dimulai pada tahun 2015, untuk lebih memperkuat kerjasama dalam pengembangan produksi komoditas pertanian berkelanjutan, yang di Indonesia dimulai dengan minyak sawit, serta kopi dan kakao di Peru. Pada tahun 2021, para pemilih di Swiss telah menyetujui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa dengan Indonesia melalui referendum, yang antara lain memastikan akses pasar untuk minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.

Kelanjutan proyek GCP Fase III akan memperluas keahlian yang diperoleh dalam dua fase sebelumnya ke tiga negara lain: Malaysia (kelapa sawit), Ghana (kakao), dan Brasil (daging sapi dan kedelai).

Fase III ini merupakan kelanjutan dari keberhasilan yang dicapai sejak tahun 2015, khususnya dengan terbentuknya Platform Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia dan Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) yang telah disahkan pada 2019 dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2019 tentang RAN KSB Tahun 2019-2024 dan akan dilanjutkan kembali serta diperkuat menjadi Peraturan Presiden dalam waktu dekat.

“Kuncinya adalah memperkuat proses transformasi komoditas melalui peningkatan kapasitas dalam kepemimpinan sistem dan penggunaan metodologi Aksi Kolaboratif Efektif (Effective Collaborative Action/ECA) yang melibatkan multi-pemangku kepentingan,” kata Penasihat Senior Sistem Komoditas Pangan dan Pertanian UNDP, Leif Pedersen. “Kami juga menggunakan keahlian kami dalam membangun kemitraan publik-swasta, pembelajaran dan pertukaran pengalaman antar tim negara melalui komunitas Food and Agricultural Commodity Systems (FACS) kami, serta kolaborasi dan advokasi dengan perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok global.”

Proyek baru ini akan mendukung pengarusutamaan RAN KSB pada kementerian terkait di Indonesia, sekaligus meningkatkan keterlibatan sektor swasta dan masyarakat sipil. UNDP juga akan mendukung implementasi di tingkat daerah melalui Program Lanskap Berkelanjutan Indonesia/Sustainable Landscapes Program Indonesia (SLPI) yang juga berkolaborasi dengan SECO.

“Swiss memberikan perhatian khusus terhadap komoditas berkelanjutan” kata Monica Rubiolo, Kepala Promosi Perdagangan di Sekretariat Negara Bidang Ekonomi Konfederasi Swiss, SECO. ''Hasil pemungutan suara publik terkait Perjanjian CEPA dengan Indonesia pada tahun 2021 jelas menegaskan perhatian warga Swiss terhadap produksi komoditas berkelanjutan. Oleh karena itu kami senang untuk melanjutkan kemitraan kami dengan UNDP di bidang ini. Idenya adalah untuk meningkatkan kolaborasi dengan pemangku kepentingan Swiss yang tertarik, seperti Swiss Platform for Sustainable Cocoa, atau Swiss Networks for Palm Oil and Soy dan memfasilitasi lebih banyak keterlibatan sektor swasta. Kolaborasi ini akan berperan penting dalam membangun kemitraan dengan asosiasi dan perusahaan Swiss.”

“Kami telah belajar banyak di Fase I dan II” kata Andrew Bovarnick, Kepala Praktik Sistem Komoditas Pangan dan Pertanian Global UNDP. “Kami senang dapat melanjutkan kesuksesan kami bersama SECO di Indonesia dan Peru, dan berharap dapat membawa teknik-teknik Aksi Kolaboratif Efektif kami ke Malaysia, Ghana, dan Brasil. Kita perlu melibatkan seluruh tingkatan pemerintahan dan pelaku dalam rantai pasok untuk mewujudkan perubahan dramatis yang diperlukan untuk produksi pangan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang”.

Informasi lebih lanjut tentang pendekatan dan hasil dari Program Komoditas Hijau dapat diakses disini.